8 Festival Budaya di Jalankan Suku Tionghoa

8 Festival Budaya di Jalankan Suku Tionghoa

8 Festival Budaya di Jalankan Suku Tionghoa – Indonesia terkenal dengan berbagai macam adat dan budayanya, salah satunya budaya Tionghoa. Budaya Tionghoa merupakan budaya yang paling kompleks dan sudah tersebar ke berbagai penjuru dunia seiring dengan banyaknya orang China yang memilih untuk bermigrasi ke luar negeri. Budaya Tionghoa mencerminkan nilai luhur, kebiasaan dan bakti kepada leluhur. Meskipun budaya Tionghoa adalah salah satu kebudayaan yang paling tua di dunia yang sudah ada sejak berabad-abad yang lalu, tapi budaya Tionghoa mampu bertahan hingga saat ini.

Festival Ceng Beng (清明节; Qing Ming Jie)

Festival Qing Ming atau Ceng Beng adalah hari di mana masyarakat Tionghoa melakukan ziarah ke kuburan leluhurnya, sekalian membersihkannya dan bersembahyang di makam sambil membawa buah-buahan, kue, makanan, serta karangan bunga. Hari Ceng Beng biasanya jatuh pada tanggal 5 April kalender Masehi. Kegiatan ini bertujuan sebagai bentuk penghormatan (mengenang) kepada leluhur atau keluarga yang telah meninggal.

Baca Juga : Menjelajahi 6 Objek Wisata Rahasia Tasmania yang Tersembunyi

Festival Qi Xi (七夕节; Qi Xi Jie)

Festival Qi Xi atau biasa disebut dengan merupakan Festival Qi Qiao yang romantis dalam tradisi dan kebudayaan Tionghoa. Bahkan festival ini dikatakan sebagai hari valentinenya masyarakat Tiongkok. Festival Qi Xi ini memperingati kisah romantis antara pria penggembala Niu Lang dan Zhi Nu si gadis penenun yang menurut cerita hanya dapat bertemu sekali dalam setahun. Festival ini jatuh setiap tanggal 7 bulan 7 penanggalan Imlek. Pada Malam Festival Qi Xi, gadis-gadis muda melakukan permohonan dan doa agar dapat meningkatkan keterampilan seni mereka dan juga memohon supaya mendapatkan suami yang setia dan baik serta mencintainya.

Festival Ronde (冬至节; Dong Zhi Jie)

Festival Musim Dingin, atau di Indonesia lebih dikenal dengan Festival Ronde jatuh setiap tanggal 22 Desember kalender masehi. Pada festival ini biasanya orang akan membuat kue onde dan memakannya bersama keluarga. Asal usul festival ini dapat ditelusuri kembali ke filsafat Tao ‘Yin dan Yang’ sebagai keseimbangan dan harmoni dalam alam semesta. Festival ini mulai dirayakan pada zaman dinasti Han (206-220 SM). Pada zaman sekarang ini festival musim dingin dirayakan dengan sangat meriah seperti di Harbin. Bahkan kota yang terletak di paling utara China ini menjadi salah satu dari tempat-tempat yang menyelenggarakan festival es dan salju di dunia.

Festival Tiong Ciu (中元节; Zhong Yuan Jie)

Festival musim gugur atau biasa disebut dengan Tiong Ciu Pia (makan kue pia/kue bulan), merupakan hari raya panen. Festival ini dirayakan setiap tanggal 15 bulan 8 penanggalan Imlek. Festival musim gugur dimulai sekitar zaman dinasti Xia dan Sheng (2000-1600 SM). Pada dinasti Zhou, rakyat merayakan dengan memuja bulan. Pada dinasti Tang, tradisi itu lebih jelas dan merakyat. Pada dinasti Song selatan (1127-1279 M), orang mulai mengirimkan kue bulan yang bergambar kelinci kepada rekan dan keluarga sebagai simbol keutuhan keluarga. Tradisi yang paling utama yang sampai sekarang masih ada adalah berkumpul bersama keluarga untuk menikmati bulan sambil menikmati penganan khas kue bulan sambil meminum arak (minuman keras khas negeri Tiongkok) atau teh. Berikut informasi selengkapnya mengenai Festival Tiong Ciu Pia.

Festival Chong Yang (重阳节; Chong Yang Jie)

Festival Chong Yang jatuh pada setiap tanggal 9 bulan 9 penanggalan Imlek (Hokkian : kaw-kaw). Festival Chong Yang yang memiliki arti panjang umur ini juga dirayakan sebagai Hari Lansia (Lanjut Usia) oleh Warga Tiongkok. Menurut kitab I Ching, angka sembilan memiliki sifat ‘Yang’ atau positif. Sementara angka sembilan 九 (Jiǔ) merupakan angka tertinggi dari angka-angka yang lainnya, dan mempunyai bunyi yang sama dengan ‘Jiu-Jiu’ yang artinya ‘lama-lama’, jadi sering diartikan sebagai panjang umur. Festival Chong Yang paling ramai diselenggarakan di Hong Kong dan Tiongkok daratan. Pada festival Chong Yang, orang sering berkumpul untuk berpesta bersama, menikmati bunga krisan, mendaki gunung dan makan kue spesial. Festival ini juga dikenal dengan istilah ‘double nine Festival’.

Festival Tahun Baru Imlek (春节; Chun Jie)

Tahun Baru Imlek atau Festival Musim Semi biasanya dirayakan oleh masyarakat Tionghoa hingga kini dengan sangat meriah, dengan menggantung berbagai macam pernak-perniknya, seperti lampion merah, menempel kertas merah bertuliskan ‘FU’, menyiapkan angpao, sampai pesta kembang api dan tarian naga serta barongsai.

Festival Cap Go Meh (元宵节; Yuan Xiao Jie)

Festival Yuan Xiao atau biasa dikenal dengan perayaan Cap Go Meh jatuh setiap tanggal 15 bulan pertama penanggalan Imlek. Sama halnya dengan perayaan Imlek, perayaan Cap Go Meh ini juga dirayakan dengan sangat meriah di beberapa negara yang tersebar di berbagai belahan dunia. Di Indonesia, festival Cap Go Meh ini dilakukan upacara kirab atau turun ke jalan raya dengan menggotong Kio/usungan yang diisi/dimuat arca para Dewa. Bahkan, di beberapa kota seperti di daerah Jakarta dan di Manado, ada atraksi ‘lok thung’ atau ‘thang sin’. Dimana ada seseorang yang menjadi medium perantara, dimana biasanya akan melakukan beberapa atraksi sayat lidah, memotong lengan/badannya dengan sabetan pedang dan sebagainya, dan dipercaya telah dirasuki roh Dewa untuk memberikan berkat bagi umat-Nya.

Festival Duan Wu (端午节; Duan Wu Jie)

Festival Duan Wu sudah ada sejak 2000 tahun yang lalu. Hingga saat ini, ada 2 kegiatan yang terus dilakukan masyarakat Tionghoa, yakni makan Bak Chang dan perlombaan perahu naga. Salah satu asal usul dari festival Duan Wu ini adalah untuk mengenang patriot Qu Yuan yang mati bunuh diri dengan terjun ke sungai karena kecintaan dan kesetiaannya pada negara/dinasti Chu. Festival ini dilangsungkan setiap tanggal 5 bulan 5 penanggalan Imlek.