9 Keunikan Budaya dan Adat Istiadat Suku Batak Toba

9 Keunikan Budaya dan Adat Istiadat Suku Batak Toba

9 Keunikan Budaya dan Adat Istiadat Suku Batak Toba – Sumatra Utara menjadi provinsi yang dihuni berbagai etnis. Batak menjadi salah satu etnis mayoritas di Provinsi Sumatra Utara. Sampai terkadang, jika pergi tanah Jawa, banyak yang mengira orang yang datang dari Sumut adalah Batak.Peradaban Batak, telah banyak mewariskan berbagai tradisi. Tentunya, seluruh tradisi itu berkait paut dengan kehidupan.Pelestarian tradisi ini pun terus dilakukan di tenga era modern. Media banyak, mulai dari pertunjukan seni hingga pariwisata. Peradaban Batak yang berpusat di Danau Toba, sebenarnya menjadi potensi yang sangat bagus. Tidak sedikit orang yang masih menjalankan tradisi – tradisi tersebut. Meskipun memang, jumlahnya kian berkurang karena termakan modernisasi.

Mangulosi

Ulos merupakan kain tradisional yang berasal dari Batak, Kedudukan kain ulos hampir dengan kain batik yang berasal dari Jawa dan juga kain tenun yang berasal dari Nusa Tenggara Timur. Kain ulos memiliki banyak jenis. Macam-macam ulos digunakan tergantung fungsi pemakaiannya dan acara yang akan di datangi. Misalnya, Penggunaan jenis kain ulos pada upacara kematian dengan pernikahan berbeda. Selain itu, kain ulos juga menunjukkan kasta sosial seseorang dalam lingkungan.

Baca Juga : 10 Keunikan Budaya dan Tradisi di Indonesia

Mangokkal Holi

Mangokkal Holi, tradisi Batak yang kian sulit ditemui. Mangokkal Holi adalah ritual menggali makam leluhur dan memindahkan tulang belulangnya ke tempat yang baru. Ini dilakukan etnis Batak sebagai bentuk penghormatan kepada para leluhur.Dalam menggelar Mangokkal Holi, dibutuhkan biaya yang besar. Upacara Mangokkal Holi juga membutuhkan hewan yang akan dikurbankan.Etnis Batak masih memercayai jika arwah orang yang sudah meninggal akan hidup abadi. Sehingga, untuk menghormatinya, keluarga menaruh tulang-belulangnya ke tempat yang lebih layak (tinggi) yang berarti mendekatkan arwah itu kepada Penciptanya.Mangongkal Holi juga bagian dari upaya menjaga silsilah keluarga. Tradisi ini juga dianggap sebagai simbol dari tingginya martabat dari sebuah keluarga di Batak. Mangokal Holi dipercaya akan mengangkat martabat sebuah marga dengan menghormati orang tua dan para leluhur. Semakin indah dan mahal sebuah makam atau tugu, maka semakin jelas dan bergengsi status marga pemilik tugu tersebut.

Upacara Mangalahat Horbo

Jika umumnya tradisi kurban, akan menggunakan hewan sapi atau kambing. Maka tidak dengan acara kurban dari tradisi Batak di Danau Toba & Medan. Dimana hewan yang akan dikurbankan adalah hewan kerbau, tepatnya kurban jantan pilihan yang mempunyai ciri ciri khusus, atau disebut juga dengan “Horbo Laelae”. Adalah upacara Mangalahat Horbo, salah satu ritual upacara unik sekaligus tua, dari suku Batak Toba. Upacara atau ritual Mangalat Horbo ini, merupakan perayaan kurban dengan menggunakan kerbau jantan yang sudah lolos seleksi sebelumnya, untuk dipersembahkan pada Mula Jadi Na Bolon atau Pencipta Segala Sesuatu.

Untuk menyelenggarakan upacara tersebut, akan dilakukan dengan beberapa langkah, yang masing masing diiringi dengan berbagai macam ungkapan yang disampaikan oleh Malim Parmangmang (pemimpin upacara Mangalahat Horbo). Yang menarik, jika berdasarkan tujuan, upacara Mangalahat Horbo sendiri, akan dibagi menjadi 3 bentuk. Yang pertama yaitu upacara yang dilaksanakan sebagai upacara turun ke sawah. Yang kedua, yaitu sebagai ucapan rasa syukur dan meminta keturunan. Sedangkan yang ketiga, yaitu upacara peringatan terhadap orang tua yang sudah meninggal dunia. Ada juga upacara yang dilakukan dalam perayaan Festival Danau Toba.

Tarian Tor Tor Panen Raya

Tarian tor-tor itu merupakan suatu jenis tarian yang biasa digunakan untuk perayaan, jenis tarian ini sudah ada dari beberapa tahun yang lalu. Perlu diketahui bahwa tarian ini berasal dari batak, yang biasa dikenal dengan tarian sakral. Tarian ini juga dapat menggambarkan suatu makna tentang komunikasi. Tradisi batak salah satunya tarian tor-tor ini pada zaman dahulu hanya ada pada kehidupan masyarakat yang ada di daerah Batak. Selain itu tarian jenis ini juga menggunakan jenis batu yang berbentuk patung, dimana pada patung tersebut akan dimasuki roh sehingga dapat menari dengan sendirinya. Jika telah menyelesaikan permintaan maka hal ini akan diselingi dengan pukulan jenis gondang yang dimainkan dengan ritmen tertentu kemudian anggota keluarga Suhut yang ada akan mengatur berbagai susunan berdiri agar dapat menari atau biasa disebut dengan manortor.

Biasanya tarian tor-tor ini menggunakan lagi yang berkaitan dengan permohonan terhadap roh leluhur, tujuan dari tarian ini dengan lagu tertentu agar diberikan keselamatan, suatu bentuk kesejahteraan, kebahagiaan serta dapat memiliki Rizki yang sangat berlimpah sehingga dapat menjadi suatu bentuk berkat untuk keluarga maupun para tamu yang datang. Pada tarian ini termasuk jenis tarian yang sangat unik, keunikan pada tarian ini terletak pada pantangan yang tidak boleh untuk dilanggar saat melakukan tarian, misalnya jika salah satu tangan saat menari itu melebihi bahu maka hal ini dapat diartikan bahwa seorang penari itu menantang ilmu baik perdukunan, moncak bahkan pencak silat sekalipun.

Tarian Sigale-gale di Pulau Samosir

Tradisi Batak Toba samosir salah satunya yaitu tarian Sigale-gale. Tepatnya berada di daerah Sumatra Utara, tradisi ini termasuk budaya turun temurun yang sangat populer di daerah tersebut. Tarian Sigale-gale itu termasuk salah satu kesenian tradisional yang ada di masyarakat Batak. Sigale-gale itu termasuk jenis boneka yang memiliki bentuk seperti manusia, dan dapat digerakkan untuk dapat menari dengan iringan musik yang sangat tradisional. Jenis tarian ini biasa ditampilkan di beragam acara baik itu adat maupun jenis acara budaya, selain itu pulau Samosir juga menjadi daya tarik khususnya bagi para wisatawan yang datang ke pulau Samosir.

Boneka jenis Sigale-gale ini telah ada pada ratusan tahun yang sudah menjadi budaya zaman dulu. Makna dari desain boneka yang digunakan ini menggambarkan suatu bentuk kesedihan pada seorang raja di pulau Samosir yang telah kehilangan anak satu-satunya. Tadi Sigale-gale biasanya akan dimainkan pada pertunjukan seperti upacara adat, cara memainkan boneka Sigale-gale ini Anda cukup memegang tali yang ada pada boneka tersebut pada bagian belakang agar boneka dapat bergerak saat musik tradisional dimainkan. Tak jarang musik yang digunakan itu bisa dalam bentuk rekaman karena dianggap lebih simpel untuk digunakan. Peralatan untuk mengiringi musik tradisional itu meliputi suling, gong serta gendang.

Mangebang Sohi Bolon

Tradisi Batak di Danau Toba yang paling populer dikalangan masyarakat Sumatera Utara salah satunya Mangebang Solu Bolon. Hal ini merupakan festival yang digunakan untuk dapat mengelilingi danau Toba menggunakan alat sampan yang berukuran besar. Tradisi ini merupakan suatu tradisi yang sangat unik karena tradisinya menggunakan perahu besar yang biasa digunakan untuk menyambut festival pada danau Toba yang biasa dilaksanakan setiap tahun. Biasanya perahu yang digunakan itu didesain dengan motif yang menggambarkan budaya batak.

Tradisi ini umumnya dilakukan oleh para pemangku adat, yang mana ketika upacara adat mulai akan dilakukan acara selanjutnya yaitu penghormatan, perlu diperhatikan bahwa penghormatan ini hanya bisa dilakukan oleh para pemangku adat saja. Setelah itu perahu dilepas dengan iringan ritual suku Batak, serta para pemuka akan mengelilingi danau Toba sejumlah 7 kali putaran dengan menggunakan Sohi bolon. Bolon yang digunakan ini mampu untuk menampung sekitar 20 orang.

Festival yang ada di Danau Toba ini tetap berjalan sehingga hal ini membuat danau Toba memiliki pesona yang lebih menarik, sehingga menjadi destinasi yang favorit bagi wisatawan baik dalam daerah maupun luar daerah. Tidak hanya tradisi mengebang Sohi bolon saja, danau Toba juga memberikan manfaat diantaranya dapat memenuhi kebutuhan air pada kehidupan masyarakat, selain itu danau Toba juga dimanfaatkan masyarakat untuk mata pencarian seperti halnya budidaya ikan. Air yang ada pada danau Toba itu termasuk jenis air tawar sehingga aman jika dikonsumsi.

Tradisi Mardoton

Seperti masyarakat di Indonesia umumnya, yang kaya akan tradisi unik. Demikian pula dengan Masyarakat Batak, salah satunya yaitu tradisi Mardoton, yang masih tetap dilakukan hingga saat ini. Adapun tradisi Batak yang satu ini, merupakan tradisi menangkap ikan, yang sudah dilakukan oleh para leluhur masyarakat Danau Toba, sejak puluhan tahun silam. Digelar setiap tahun, tepatnya pada bulan Sipaha Sada atau bulan pertama, di penanggalan kalender Batak.

Dahulu, tradisi tersebut dilakukan oleh masyarakat di sekitaran Danau Toba, menggunakan alat memancing ikan, yang bernama bubu. Namun kini, seiring perkembangan zaman, alat yang digunakan mulai berubah, yaitu menggunakan doton, atau jaring berbahan kain yang dirajut, jadi mata jaring. Dimana doton tersebut dibuat dalam berbagai macam ukuran.

Tradisi atau festival tersebut, digelar di sepanjang bibir pantai Tuktuk, yang berada di desa Tuktuk Siadong. Yang turut serta dalam tradisi tersebut, tentu saja masyarakat sekitar, terutama pemuda desa. Terdapat serangkaian kegiatan, yang dilakukan pada pelaksanaan festival Mardoton tersebut. Dimulai dengan kegiatan menurunkan Solu, atau perahu ke danau Toba. Maknanya agar kegiatan tersebut membawa keberuntungan bagi para pesertanya.

Rangkaian berikutnya, yaitu membuat aneka sesajen yang berasal dari tepung beras. Maknanya, sebagai media doa kepada Tuhan sang Pencipta Alam Semesta, melalui Nanboru Saniang Naga Laut. Atau Dewi Air, dalam kepercayaan masyarakat di sekitaran Danau Toba.

Sipaha Sada dan Sipaha Lima

Aktivitas spiritual para pemeluk Ugamo Malim memang menarik untuk dipelajari. Nilai-nilai yang diajarkan selalu berkaitan dengan kehidupan.Dalam hal penanggalan, Parmalim punya metode sendiri. Bahkan punya hari besar yang salah satunya adalah Sipaha Sada.Sipaha Sada secara umum sering disebut sebagai hari pertama tahun yang baru. Namun tidak sekadar perayaan buka tahun, Sipaha Sada juga dirayakan sebagai hari kelahiran tokoh suci dalam ajaran agama Malim.Menandai datangnya Sipaha Sada, sehari sebelumnya, warga Parmalim menggelar ibadah puasa penuh selama 1 hari 1 malam. Tidak boleh makan dan minum. Ibadah puasa itu ditandai dengan ritus mangan napaet yaitu makan makanan yang pahit. Ritus itu dilakukan di awal dan akhir ibadah puasa.Selain Sipaha Sada, ada juga Sipaha Lima. Tradisi ini biasa digelar di Desa Hutatinggi, Kecamatan Laguboti, Balige. Sipaha Lima rutin dijalankan setiap tahun.Dalam ritual Sipaha Lima, masyarakat Parmalim menggelandang seekor kerbau ke altar sebagai kurban persembahan. Kerbau itu dinamai Horbositikko tanduk siopat pisoran. Kegiatan ritual itu diikuti orang tua, remaja, bahkan anak-anak. Ritual diiringi musik Ogung Sabangunan (alat musik tradisional Batak Toba seperti Tagading, Sarune, Ogung, Doal, Pangkeseki) dan umat Parmalim manortor (menari) sahadaton mengiringi penyerahan sesembahan kepada Tuhan.

Horja Bius

Horja bius, ritual berusia ratusan tahun ini merupakan elemen dasar dalam sistem kelembagaan masyarakat Toba. Sebuah tradisi Ruas Parmalim, menyelesaikan masalah dengan mengedepankan musyawarah. Raja bersama tetua adat berkumpul mengatur tatanan pemerintahan dan spiritual pada satu kampung di zaman dahulu.Horja bius terdiri dari beberapa ritual, mulai ulaon hahomion, tortor tunggal panaluan, tortor parsiarabu, marjoting, pajongjong borotan, makharikkiri horbo, ditutup mangalahat horbo. Ulaon hahomion berisi ziarah ke tambak (makam) Dolok Ompu Raja Sidabutar dan mangalopas tu mual natio. Ini ritual penghormatan kepada roh-roh leluhur untuk memohon berkat perlindungan dan kelancaran dalam melaksanakan tahapan-tahapan upacara selanjutnya.